Wednesday, October 14, 2015

Hujan Tanpa Kenangan

Masihkah ia teringat cerita tentang hujan. Cerita tentang setiap tetesan airnya membawa jutaan butir kegelisahan. Cerita tentang hujan yang menghanyutkan sebuah kenangan, dan menumpuknya menjadi suatu gumpalan yang sering mereka sebut dengan kerinduan.
“ hujan ini akan selalu mengingatkanku pada namamu” itulah kalimat paling romantis yang sering dituliskan remaja negeri ini di media sosialnya.
Hari memang pukul 2 siang, namun gelapnya langit hampir sama dengan gelapnya subuh tadi pagi. Bahkan angin bertiup dengan kencangnya, menggoyangkan pepohonan ke timur dan kebarat seakan ingin melepasnya dari tanah bumi ini.
Namun lihatlah, dalam kesendirian laki laki itu duduk di teras rumah kecilnya, ditemani tempias yang mungkin sebentar lagi akan membasahi bunga plastik diatas meja bulat itu. Entah apa yang difikirkannya. Mungkinkah hujan kembali membangkitkan rasa itu di hatinya. Atau mungkin hujan ini yang telah melukai hatinya.
Tatapannya lurus kedepan, aku tau itu bukan sekedar tatapan kosong, itu lebih kepada tatapan yang penuh dengan penyesalan. Aku pernah mendengar cerita dari kawannya, tentang bagaimana penyesalannya yang sangat dalam tentang hujan ini. Hujan yang telah membuatnya mengambil sebuah keputusan yang salah.
Haruskah aku kesana sekedar untuk menghiburnya. Meski ia bukanlah orang yang mudah untuk dihibur. Namun, takkan pernah aku menjadi sahabat baik jika tega melihat sahabatnya bersedih.
“ Hujannya deras.” Sapaku ketika memasuki teras rumahnya.
“ Pernah menyesali sesuatu?” Tanyanya padaku
Cukup kaget aku mendengar pertanyaanya. Tidak seperti biasanya ia mudah bercerita tentang dirinya. Bukan karena apapun, aku hanya takut tidak bisa menjadi pendengar yang baik untuknya.
“ Bagaimana, pernah menyesali keputusan yang kamu ambil?” Tanyanya lagi
“ Pernah” jawabku singkat
“ Kamu tau, aku pernah bermasalah dengan hujan. Dulu aku sangat mencintai seorang gadis. Tapi aku bukanlah yang dengan mudah mengungkapkan perasaanku. Butuh waktu lama untukku mengungkapkannya. Hingga suatu hari aku memberanikan diri”
“ akan tetapi setelah kami bersama, banyak hal terjadi. Dan itu kurasa hanya terus menyakitinya. Termasuk hujan ini. Waktu ulang tahunku, ia menyiapkan segalanya. Namun hanya karena hujan aku tak pergi menemuinya. Memang bukan sepenuhnya karena hujan, namun kalau saja aku lebih tegas hari itu mungkin ia tak akan pergi.”
Aku hanya diam mendengarkannya, tak banyak saran yang bisa kuberikan padanya, aku takut apa yang kukatakan akan memperburuk suasana hatinya.
“ kamu tau, memang benar kata orang, hujan akan selalu membawa kenangan. Setiap hari hujan maka penyesalan akan menghantuiku”
“ Kenapa kamu tak memintanya kembali?” tanyaku
“ Aku ingin memintanya kembali, tapi saat ini aku belum bisa. Aku belum menjadi orang yang bisa membahagiakannya.”
“ tapi kamu tau, suatu saat aku pasti memintanya kembali. Dan saat terjadi, maka hujan hujan berikutnya adalah hujan tanpa kenangan”
Hujan tanpa kenangan, aku memang tak sepenuhnya mengerti apa maksudnya, namun aku yakin itu pasti akan terjadi. Untuk orang sepertinya aku sangat yakin itu terjadi. Karena hampir setiap hujan ia duduk di depan teras itu, bagiku itu bukan untuk menyesali kesalahannya, tetapi mempersiapkan diri untuk memperbaiki kesalahannya.
“ semoga hujan berikutnya adalah hujan tanpa kenangan itu.” Kataku padanya
Aku pergi, dan ia hanya tersenyum. Entah untuk siapa, semoga itu memperbaiki suasana hatinya.


EmoticonEmoticon